Rabu, Maret 28, 2012
Belajar Ilmu Takhrij II
Metode yang digunakan dalam men-takhrij.
Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam mentakhrij hadits sesuai dengan kondisi hadits yang ingin ditakhrij. Namun makin banyak metode yang kita gunakan maka hasil yang akan diperoleh makin mendekati kesempurnaan. Berikut penjelasan singkat tentang metode tersebut dengan menyebutkan keistimewaan dan kekurangannya serta buku apa saja yang bisa digunakan.
1. Metode istiqra' wa tatabbu'.
Yaitu mencari hadits dengan membaca semua buku hadits satu demi satu dari halaman pertama sampai terakhir atau pada bagian tertentu saja yang diperkirakan hadits tersebut berada.
Metode ini adalah dasar bagi metode lainnya dan sebagai langkah terakhir jika dengan semua metode lainnya hadits yang diinginkan tidak ditemukan juga.
Keistimewaan metode ini:
- Akan membaca banyak hadits di saat mencari yang mungkin akan kita butuhkan.
- Metode ini cocok untuk semua jenis buku hadits.
- Akan banyak mengetahui metode para muallif dalam menyusun bukunya.
Kekurangannya:
- Membutuhkan usaha, kesabaran dan waktu yang banyak.
- Kemungkinan tidak mendapatkan hadits yang diinginkan sekalipun dengan usaha maksimal.
2. Mentakhrij dengan maudhu' hadits.
Setiap hadits memiliki maudhu' atau topik yang dikandung baik itu tentang fiqhi, tafsir, sejarah, dan lain-lain. Jika kita mampu menentukan topik yang terkandung dalam suatu hadits, maka kita dapat mencarinya dengan bantuan buku yang menyebutkan hadits sesuai dengan maudhu'-nya.
Keistimewaan metode ini:
- Melatih kemampuan dalam memahami makna hadits.
- Akan menemukan beberapa hadits yang mirip, yang mungkin akan digunakan.
Kekurangannya:
- Tidak menemukan hadits tersebut jika salah dalam menentukan maudhu'-nya.
- Beberapa hadits sulit untuk dipahami maudhu'-nya.
- Metode ini hanya dapat digunakan pada buku yang menyusun hadits sesuai dengan maudhu'-nya.
Buku yang bisa digunakan dengan metode ini, diantaranya:
a. Kumpulan hadits hukum fiqhi. Diantaranya:
1. Talkhis Al-Habir oleh Ibnu Hajar Al-'Asqalany (852H), beliau mentakhrij hadits-hadits yang disebutkan dalam kitab Asy-Syarh Al-Kabir karangan Ar-Rafi'iy (623H) yang mensyarah Al-Wajiz buku fiqh mazhab Syafi'i karangan Imam Abu Hamid Muhammad Al-Gazaly (505H).
2. Nashbu Ar-Rayah oleh Az-Zaila'iy (762H), beliau mentakhrij hadits-hadits yang disebutkan dalam kitab Al-Hidayah buku fiqhi mazhab Hanafy karangan Abu Al-Hasan Ali Al-Marginany (593H).
3. Irwa' Al-Galiil oleh Syekh Muhammad Nasiruddin Al-Albany (1420H), beliau mentakhrij hadits-hadits yang disebutkan dalam kitab Manar As-Sabil karangan Ibrahim bin Muhammad bin Salim bin Dhauyan (1353H) yang menyarah kitab Dalil Al-Thalib li Nailil Mathalib buku fiqhi mazhab Hanbaly karangan Mar'iy bin Yusuf Al-Karmy Al-Hanbaly (1033H).
Hampir semua hadits Nabawy ditakrij oleh Syekh Al-Bany dalam Al-Irwa kecuali beberapa hadits. Adapun perkataan dan pebuatan sahabat atau tabi'in, syekh Al-bany tidak mentakhrijnya.
Oleh karena itu, Syekh Abd. Aziz bin Marzuq Ath-Tharify mentakhrij hadits-hadits yang diabaikan oleh syekh al-bani dalam kitab yang beliau namai At-Tahjil fi Takhrij ma lam Yukharraj minal Ahadits wal Atsar fi Irwa al-galil.
4. Nailul authar karangan Imam Syaukani (1255H), beliau mentakhrij hadits-hadits yang ada dalam kitab Muntaqa Al-Akhbar karangan Abdul Salam bin Taimiyah (652H).
b. Kumpulan hadits tentang usul fiqh. Diantaranya:
1. Tuhfah At-Thalib bi Ma'rifah Ahadits Mukhtashar Ibnu Al-Hajib karangan Ibnu Katsir, beliau mentakhrij hadits-hadits yang disebutkan oleh Ibnu Al-Hajib (646H) dalam kitabnya Mukhtashar dalam usul fiqh.
2. Muwafaqah Al-Khubru Al-Khabar karangan Ibnu Hajar Al-'asqalany, beliau mentakhrij Mukhtashar Ibnu Al-Hajib.
c. Kumpulan hadits tentang tafsir. Diantaranya:
1. Jami' Al-Bayaan 'an Ta'wiil Aya Al-Qur'an karangan Abu Ja'far At-Thabary (310H), beliau menafsirkan ayat Qur'an dengan menyebutkan hadits dan atsar beserta sanadnya.
2. Al-Kaaf As-Syaf fi Takhriij Ahaadiit s Al-Kasyaaf karangan Ibnu Hajar, beliau mentakhrij hadits-hadits yang di sebutkan oleh Az-Zamakhsyri (638H) dalam kitab tafsirnya Al-Kasyaaf.
3. Ad-Darru Al-Mantsur fi Al-Tafsiir bi Al-Ma'tsur oleh As-Suyuthi (911H), beliu mengumpulkan hadits dan atsar yang berhubungan dengan tafsir, disusun sesuai dengan urutan mushaf.
d. Kumpulan hadits tentang sejarah. Diantaranya:
1. Tarikh Al-Umam wa Al-Muluk karangan Imam Ibnu Jarir Ath-Thabary, beliau dalam memaparkan suatu kisah disertai dengan sanad.
2. Al-Bidayah wa An-Nihayah karangan Ibnu Katsir (774H), belia memaparkan kisah sebelum diutus Rasulullah, setelah diutus sampai masa muallif dan masa sebelum dan sesudah hari kiamat. Beliau menyebutkan kisah diperkuat dengan hadits yang dinukil dari beberapa buku sejarah.
3. Subul al-Huda wa ar-rasyad fi siirah khaeri al-'ibaad karangan Muhammad Ash-Shalihi asy-Syamy (942H).
e. Kumpulan hadits fadail al-a'mal atau targiib (anjuran) dan tarhiib (ancaman).
1. At-Targiib wa at-tarhiib min al-hadiits asy-syariif karangan Al-Mundziry (656H).
2. Riyad ash-shalihin karangan Imam Nawawi (676H).
3. Al-Mugni 'an hamli Al-Asfar karangan Abu Al-Fadl Abd. Rahim Al-'Iraqy (806H), beliau mentakhrij hadits-hadits yang disebutkan dalam kitab Ihya Ulumuddin karangan Abu Hamid Al-Gazali.
3. Mentakhrij dengan rawi al-a'la .
Apabila kita mengetahui siapa rawi a'la hadits yang ingin ditakhrij, maka kita bisa mentakhrijnya dengan menggunakan buku yang mengumpulkan hadits-hadits sesuai urutan rawi al-a'la.
Keistimewaan metode ini:
- Cepat dan tepat dalam menemukan hadits yang diinginkan jika menguasai metode buku yang dipakai.
- Memudahkan dalam penyusunan sanad hadits.
Kekurangannya:
- Harus menguasai betul manhaj/metode buku yang ingin dipakai.
- Harus bisa menentukan apakah rawi a'lanya seorang sahabat atau bukan.
- Akan menemukan kesulitan jika rawi al-a'la-nya banyak meriwayatkan hadits.
Jenis buku yang menyusun hadits sesuai rawi al-a'la:
a. Kitab Musnad; yaitu kitab yang menyusun hadits sesuai dengan rawi al-a'la-nya. Diantaranya:
1. Musnad Abu Daud At-Thayalisy (204H).
2. Musnad Al-Bazzar (292H).
3. Al-Musnad Al-Jami' karangan DR. Basysyar 'Awwad Ma'ruf dan kawan-kawan.
Buku ini mengumpulkan hadits-hadits kutub Sittah, Muwatta Malik, Musnad Al-Humaidy, Musnad Ahmad, Musnad Abdu bin Humaid, Sunan Ad-Darimy, Sahih Ibnu Khuzaimah, dan beberapa buku lainnya. Hadits-hadits tersebut disusun dengan urutan rawi al-a'la lengkap dengan sanadnya.
Nama sahabat dan tabi'in disusun dengan urutan hijaiyah dengan mendahulukan sahabat.
Hadits-hadits sahabat atau tabi'in yang banyak meriwayatkan hadits disusun menurut urutan kitab dan bab sesuai dengan kandungan topik bahasan tiap hadits.
b. Kitab Ma'ajim dan Masyaikhat; yaitu kitab yang menyusun hadits sesuai dengan urutan Sahabat, atau guru-guru penulis, atau daerah. Diantaranya:
1. Mu'jam As-Sahabah karangan Abu Al-Qasim Al-Bagawy (317H), menyusun nama sahabat dengan huruf hijaiyah dan menyebutkan beberapa hadits yang diriwayatkan tiap sahabat.
2. Mu'jam As-Sahabah karangan Ibnu Qani' (351H), menyusun nama sahabat dengan huruf hijaiyah dan menyebutkan satu hadits yang diriwayatkan tiap sahabat.
3. Al-Mu'jam Al-Kabiir karangan At-Thabarany (360H).
Imam Ath-Thabarany memiliki tiga mu'jam; Al-Kabiir, Al-Ausath, dan Ash-Shagir.
Dalam Mu'jam Al-Kabir, beliau meyebutkan hadits dengan sanad sesuai urutan Sahabat. Diawali dengan 10 sahabat yang dijamin masuk surga kemudian dilanjut dengan para sahabat lainnya disusun sesuai urutan hijaiyah. Kecuali Abu Hurairah, karena Imam Ath-Thabarany telah menyusun satu buku khusus yang mengumpulkan hadits-hadits Abu hurairah.
Adapun Al-Mu'jam Al-Ausath dan Ash-Shagir, susunan hadits nya sesuai dengan urutan guru Imam Ath-Thabarany.
c. Kitab Athraf; yaitu buku yang menyusun hadits dengan separu matan sesuai dengan rawi al-a'la. Seperti: Tuhfahtul Asyraf bi Ma'rifati Al-Athraf karangan Yusuf Al-Mizzy (654H).
Dalam buku ini Imam Al-Mizzy menyusun hadits-hadits yang ada dalam kutub sittah dan beberapa buku lainnya dengan susunan rawi al-a'la.
Nama Sahabat atau Tabi'in diurut dengan urutan huruf hijaiyah, begitu pula nama bapaknya jika ada nama yang sama.
Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh sahabat atau tabi'in yang banyak meriwayatkan hadits, disusun sesuai dengan nama orang yang meriwayatkan darinya.
4. Mentakrij dengan awal matan hadits.
Apabila kita mengetahui awal kalimat hadtis yang ingin ditakhrij, maka kita bisa mencarinya dengan menggunakan buku yang menyusun hadits-hadits sesuai dengan urutan lafad awal hadits.
Keistimewaan metode ini:
- Mudah mendapatkan hadits yang dicari.
- Buku yang memakai metode ini kebanyakan sudah ada hukum haditsnya.
- Hampir semua buku memiliki fahras (daftar) hadits disusun sesuai awal hadits yang bisa digunakan dalam metode ini.
Kekurangannya:
- Tidak akan menemukan hadits yang diinginkan jika ada kekeliruan dalam menentukan awal hadits.
- Sulit menggunakan metode ini pada hadits yang diriwayatkan dengan makna.
- Buku yang memakai metode ini tidak menyebutkan sanad hadits.
Diantara buku yang bisa dipakai:
1. Jam' Al-Jawami' atau Al-Jami' Al-Kabir karanan As-Suyuthi. Dalam buku ini Imam As-Suyuthi berusaha mengumpulkan semua hadits-hadits yang beliau dapatkan. Kemudian hadits-hadits tersebut dibagi menjadi dua: qauly (ucapan Rasulullah) da fi'ly (perbuatan Rasulullah).
Hadits qauly disusun sesuai dengan huruf hijaiyah, dan hadits fi'ly disusun dengan rawi al-a'la.
Di akhir setiap hadits disebutkan rawi a'lanya dan siapa yang meriwayatkannya pada buku utama dengan menggunakan simbol, seperti: خ untuk sahih Bukhari, م untuk sahih Muslim, dan lain-lain.
2. Al-Jami' Ash-Shagir karanan As-Suyuthi. Hadits-hadits yang ada pada kitab Al-Jami' Ash-shagir diambil dari hadits-hadits qauli dalam kitab Al-jami' al-kabir dengan memilih hadits yang paling sahih, singkat, padat dengan hukum, dan beberapa hadits yang beliau tambahkan.
Dalam buku ini, Imam As-suyuthi menghukumi hadits-hadits yang beliau sebutkan dengan menggunakan simbol. Untuk hadits sahih diberi simbol (صحـ), hadits hasan dengan simbol (ح), dan hadits dha'if denga simbol (ض) .
3. Ziyadah Al-Jami' karanan As-Suyuthi. Buku ini berupa tambahan hadits-hadits untuk Al-Jami' Ash-Shagir.
4. Al-Fath Al-Kabir Fi Dhamm Az-ziyadah ila Al-Jami' Ash-Shagir. Karangan Syekh Yusuf An-Nabhany (1350H). Buku ini menggabungkan antara Al-Jami' Ash-Shagir dan Ziyadah Al-Jami'. Namun disayangkan dalam buku ini tidak dicantumkan hukum hadits yang telah disebutkan oleh Imam As-suyuthy.
5. Sahih Al-Jami' As-shagir wa ziyadatuhu, dan Dha'if Al- Jami' As-shagir wa ziyadatuhu karangan Syekh Al-Albani. Beliau menghukumi ulang hadits-hadits yang ada dalam Fath Al-Kabir, dengan membagi buku tersebut menjadi dua: Sahih dan Dha'if .
Sumber tulisan:
http://umar-arrahimy.blogspot.com/2011/04/belajar-ilmu-takhrij-ii.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar